Home »
Menasihati Diri Dalam Perjamuan Ikhlas
04.37
Diposting oleh
Unknown
Jangan pernah mencela suatu kegagalan,
karena akan mudah membentuk wujud kesombongan.
Namun jadilah jiwa yang mengenal belajar dari kegagalan,
jadikan keberhasilan itu akan mudah di taklukan olehnya.
Seperti bingkisan masalah,
terimalah dengan tangan terbuka dan
kupaslah isinya dengan jiwa yang terbakar rasa sabar
menuju angkasa kebebasan rajawali.
Aku melihat seorang ksatria,
tulang-tulangnya patah tersungkur dalam kekalahan.
Aku mendengar dia berteriak menyuarakan sombong kebenaran menurut hatinya,
sedangkan otakku hanya menangkap kebodohan yang membentang memayungi dirinya.
Karena kebenaran adalah kesatuan tak terpecah,
tak juga memecah.
Jika manusia mati meninggalkan jasadnya yang terlentang dalam serambi tangisan,
rohnya terbang melayang.
Kelak akan menyampaikan kesaksian pada sang Raja kebenaran.
Dia yang dihampiri kemenangan akan menikmati manis buahnya,
jauh dari pikirannya bagaimana kulit adil kebenaran terbentuk.
Namun ketika dia kalah dalam suatu pertempuran,
akan cenderung mengukur keadilan dan merasa tidak ada kebenaran adil baginya,
melainkan keyakinan kebenarannya sendiri menjadi hakim yang memihaknya dengan ketukan-ketukan palu ketidak puasan.
Kebenaran adalah menuju kepada-NYA yang Esa,
kegagalan adalah suguhan keberhasilan dari perjamuan Illahi sebagai bentuk kasih yang harus dinikmati
dengan mangkuk Iman
penuh keikhlasan.
nama penulis: Ramadhan al fatih — bersama Kana Rishky dan 57 lainnya.
Menasihati Diri Dalam Perjamuan Ikhlas
Jangan pernah mencela suatu kegagalan,
karena akan mudah membentuk wujud kesombongan.
Namun jadilah jiwa yang mengenal belajar dari kegagalan,
jadikan keberhasilan itu akan mudah di taklukan olehnya.
Seperti bingkisan masalah,
terimalah dengan tangan terbuka dan
kupaslah isinya dengan jiwa yang terbakar rasa sabar
menuju angkasa kebebasan rajawali.
Aku melihat seorang ksatria,
tulang-tulangnya patah tersungkur dalam kekalahan.
Aku mendengar dia berteriak menyuarakan sombong kebenaran menurut hatinya,
sedangkan otakku hanya menangkap kebodohan yang membentang memayungi dirinya.
Karena kebenaran adalah kesatuan tak terpecah,
tak juga memecah.
Jika manusia mati meninggalkan jasadnya yang terlentang dalam serambi tangisan,
rohnya terbang melayang.
Kelak akan menyampaikan kesaksian pada sang Raja kebenaran.
Dia yang dihampiri kemenangan akan menikmati manis buahnya,
jauh dari pikirannya bagaimana kulit adil kebenaran terbentuk.
Namun ketika dia kalah dalam suatu pertempuran,
akan cenderung mengukur keadilan dan merasa tidak ada kebenaran adil baginya,
melainkan keyakinan kebenarannya sendiri menjadi hakim yang memihaknya dengan ketukan-ketukan palu ketidak puasan.
Kebenaran adalah menuju kepada-NYA yang Esa,
kegagalan adalah suguhan keberhasilan dari perjamuan Illahi sebagai bentuk kasih yang harus dinikmati
dengan mangkuk Iman
penuh keikhlasan.
nama penulis: Ramadhan al fatih — bersama Kana Rishky dan 57 lainnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Share your views...
0 Respones to "Menasihati Diri Dalam Perjamuan Ikhlas"
Posting Komentar