Memorizing



inga'inga'! ingatan itu puenting buanget.....!!
bayangin aja kalo tiba-tiba kamu amnesia. ngga ingat namamu sendiri siapa, ngga ingat keluarga, ngga ingat rumah dimana, ngga ingat apa-apa, ! oh, tidak!!
(makanya cepetan tobat ya. dekat-dekat sama Allah. biar ingatan kita dipelihara oleh-Nya).
nah.. memorizing atawa "inga=inga'!" inilah jurus kedua yang perlu kamu punyai. kan konyol banget ya, kalo kita nyari ilmu hanya untuk dilupain. ilmu kan ngga kayak tebu yang" habis manis sepah dibuang".ilmu itu maniisss..terus... manfaat terus... kalau saya mah, pinginnya ingat semua ilmu(yang bermanfaat positif tentunya)  yang pernah dipelajari. kalo ilmu itu bermanfaat, ayo kita simpan rapat-rapat! hap! lalu ditangkap! (eh, kok kayak cicak-cicak didinding yang kerjanya nangkap nyamuk ya..??)
banyak teknik yang bisa kita jadiin jurus andalan. kamu bisa lho ngedapetin lebih detail di toko-toko obat, ups...(!) toko-toko buku terdekat. kali ini ijinkan kamu
(ngebacanya seperti bang Rhoma Irama) mempersembahkan beberapa prinsip dasarnya. okey!
kita sambut tampilnya(ayo! mana tepuk tangannya?)

Libatkan Emosimu
heran deh. kok saya itu masih suka inget peristiwa masa kecil dulu ya? padahal kan udah lamaaaaaaa bangat.saya masih ingat , waktu masih di TK, diajari ibunda tercinta  membaca iqra (waktu itu ditempat saya belum ada TPA sih!) sambil m=beliau masak untuk kami sekeluarga(hiks..hiks... jadi terharu nih). atau saat asyik ngebaca buku oleh-oleh dari ayah tersayang. ada tentang kisah para nabi, komik tentang surga dan neraka, abu nawas, sampe petruk jadi batman. 
saya juga masih ingat bangat, tiap hari ngedengarin berbagai sandiwara  radio yang tenar bangat saat itu. ada saur sepuh, tutur tinular, juga sanggar cerita..
begitulah kenangan. ia tak hilang ditelan masa, ia tak lenyap dilanda duka(ciee.. jadi puitis nih!) tapi itu nyimpen dengan rapih semua peristiwa yang pernah kita alami. dan... (catet ya!) ingatan kita itu tajem bangat(kayak silet aja!) bernostalgia dengan hal-hal yang nyenangin emosi positif aja lho! ia juga gape banget nginget hal-hal yang nyakitin perasaan kita atau hal-hal yang bikin tumpah air mata(mosi negatif). so,, H3K ya!!(hati hati dengan hati kita)


Read More Add your Comment 0 komentar


The inspirations from Gad



kalau diamati  dan dicermati bagaimana perkembangan manusia dari masa ke masa, sungguh luar biasa loh..!!
dari pakaian yang dulunya minim(paklum masih primitif) hingga kemudian tertutup dan terbuat dari berbagai bahan. eh, kok sekarang balik dengan model minim kayak jaman primitif ya? (ah, gue mah kagak mau ikut-ikutan! coba pikir aja, fren! itu kan trend yang ngga menenangkan hati. gimana bisa tenang?  tarik depan belakang keliatan. tarik belakang depan keliatan. maklum, bajunya si adek kok di pake!)
selain itu, coba deh amati betapa kian canggihnya dunia yang sekarang kita tempati ini(ehm, kita sama-sama tinggal di plenet bumi kan?). apalagi yang berkaitan dengan teknologi.
dulu, konon, ngirim surat aja pake merpati( untung ngga pake kodok ya,,, bayangin aja berapa lama suratnya nyampe...) sekarang? ada telepon kabel, handpone, hingga komunikasi via internet.
tapi kita ngga akan ngomongin tentang perkembangan peradaban dunia. lagian, gue bukan ahlihnya.
serahkan urusan pada ahlinya, begitu pesan Rasulullah SAW. tercinta.
so, kita ngomongin teknik-teknik canggih  untuk gali ilmu nya aja ya.... inilah jurus sakti kita untuk ngalahin lawan, dengan waktu yang lebih pendek-an. ciaat....!


Read More Add your Comment 0 komentar


Acer Travelmate B113, Notebook Dengan Desain ala Ultrabook Dengan Harga Lebih Murah



Semakin banyak produk serupa, semakin banyak saingan, maka semakin murah pula harga yang ditawarkan oleh produsen tertentu. Setelah Google memperkenalkan Google Nexus 7 yang rencananya akan dijual dengan harga cukup murah, karena banyaknya saingan produk tablet lain dari vendor kenamaan. Kini Acer memperkenalkan sebuah Notebook yang mirip dengan Ultrabook yang akan dijual dengan harga yang cukup murah juga.
kita tentu tahu bahwa saat ini harga Ultrabook dari vendor manapun masih tinggi. Notebook besutan Acer yang dinamai Acer Travelmate B113 ini memiliki dimensi yang tipis dan juga ringan dengan bobot sekitar 1.88kg dengan layar seluas 11.6 inci dengan resolusi 1366×768.
Dilihat dari berat dan bentuknya, Acer Travelmate B113 memang mirip dengan Ultrabook yang kini harganya masih sangat tinggi. Notebook ini akan menyasar para pebisnis. Acer Travelmate B113 akan ditenagai dengan  3 pilihan prosesor, mulai dari Intel  B877 1,4GHz, Intel Pentium B967 1.3GHz dan Intel core i3 2377M 1.5GHz.
Spesifikasi lainnya yang bisa diketahui dari Notebook yang mirip Ultrabook ini diantaranya adalah RAM 4GB, 500GB hard disk, USB3.0, HDMI, dan baterai dengan kapasitas 44000mAh. Untuk harganya, Acer Travelmate B113 akan dijual dengan harga mulai dari Rp5.000.000,-. Cukup murah jika dibandingkan dengan Ultrabook yang harganya berkisar belasan juta Rupiah.


Read More Add your Comment 0 komentar


Tips Mengubah Tampilan Windows 7 Menjadi Android dengan Android Skin Pack





Cara mengubahnya pun cukup mudah. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus Anda lakukan:
  • Sebagai langkah pengamanan, Anda sebaiknya memanfaatkan system restore. Hal ini perlu, karena setelah Anda menginstall theme Android ini, Anda akan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Anda bisa menonaktifkan User Acount Control. Selain itu, Anda juga harus memastikan bahwa full system backup sudah aktif agar system restore point dapat berjalan.
  • Berikutnya, Anda harus mengunduh Android Skin Pack, yang bisa didownloaddi sini. Di situ, Anda bisa memilih berbagai tampilan Android. Dari Android Gingerbread 2.3, Android Honeycomb 3.1 ataupun Android Ice Cream Sandwich 4.0.
  •  Setelah berhasil mengunduhnya, Anda tinggal menginstall Android Skin Pack tersebut.
  • Setelah proses instalasi selesai, Anda bisa me-reboot komputer Windows Anda. Dan, voila, komputer Windows 7 Anda akan berubah tampilan menjadi Android.
Sebagai informasi tambahan, Android Skin Pack bukanlah sebuah aplikasi yang akan menambah sistem operasi di komputer Anda. Jangan berharap setelah Anda berhasil menginstall Android Skin Pack ini, Anda bisa menjalankan berbagai aplikasi Android.
Jika menginginkan untuk menjalankan sebuah aplikasi Android, Anda perlu sebuah aplikasi tambahan lain yang merupakan sebuah aplikasi emolator Android. Salah satunya adalah BlueStacks. Namun sayangnya, aplikasi BlueStacks ini masih dalam versi Beta 1. Dan, ketika Anda mencobanya akan sering crash dan tak bisa dijalankan.


Read More Add your Comment 0 komentar


Handpon Nokia Terbaru



Nokia sedang menggodok konsep Handphone Terbarunya yang disebut Nokia Aeon. Konsep fitur desain terbarunya adalah handphone touchscreen yang menutupi seluruh area permukaan dari handphone tersebut. So everything's touchscreen !
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAMJW5DmqrWutJqei6q_Rxi8OYjfwbxG9NjbtBZIMKFO5-HGzhZbNoqUmVontq2WW_h9oeCQLzmfAFTfSRbLQCc7Da4FCL3qLyBeZB-kTvIoVGzTzte_rsqwwhmMEqPJtrY5M2wum8jGc/s1600/nokia_aeon_3.jpg
Konsep dari Aeon ini mengkombinasikan dua panel sentuh yang digabungkan dalam paket power full-cell. Konektivitas antara handset dan elektronik dibuat built-in ke dalam panel agar bisa dipakai terpisah. Ketika digabungkan, panel yang satu bisa dipakai untuk display dan yang lain sebagai keypad. Dikarenakan tombol-tombolnya adalah virtual, Aeon bisa memutarnya secara instant antara alas numeric untuk menekan nomor telepon, alas teks untuk messaging, atau juga kontrol media player.
Ada harapan akan ide keren dari Harga Nokia akan konsep produknya yang ini, yaitu bahwa handphone ini menjadi produk yang "wearable" - jika bisa para pengguna memisahkan salah satu panel display dari Aeon - dan memasangnya seperti jam tangan atau dikenakan seperti badge.
Lebih dari sekedar handphone, Aeon bisa jadi menjadi jaringan wireless lokal untuk transmit data yang diperoleh dari sensor seperti peralatan monitor untuk menunjukkan tanda-tanda kesehatan dari si pemakai handphone. Wuihh, hari gini dengan teknologi yang ada dalam satu alat, apapun bisa dikonvergensikan untuk semua kebutuhan !


Read More Add your Comment 0 komentar


Ketika Mas Gagah Pergi




Ketika Mas Gagah Pergi
Karya: Helvy Tiana Rosa
Mas Gagah berubah!
Ya, sudah beberapa bulan belakangan ini Masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah !
Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Teknik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja… ganteng! Mas Gagah juga sudah mampu membiayai kuliahnnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.
Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku kemana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji.
Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak untukku.Saat memasuki usia dewasa kami jadi makin dekat. Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda bersama teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelucon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak-bahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan, Ancol.
Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya !
“Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih ?”
“Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang serumahku sering membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho ! Gila, berabe khan ?”
“Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku ?”
Dan masih banyak lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku cuma mesam-mesem. Bangga.
Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum punya pacar. Apa jawabnya ?
“Mas belum minat tuh ! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran…, banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati ! He…he…he..” kata Mas Gagah pura-pura serius.
Mas Gagah dalam pandanganku adalah sosok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tapi tak pernah meninggalkan sholat !
Itulah Mas Gagah!
Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah ! Drastis ! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana…
–=oOo=–
“Mas Gagah ! Mas Gagaaaaaahhh!” teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras.
Tak ada jawaban. Padahal kata mama Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa arab gundul. Tak bisa kubaca. Tapi aku bisa membaca artinya : Jangan masuk sebelum memberi salam!
“Assalaamu’alaikuuum!” seruku.
Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?” tanyanya.
“Matiin kasetnya !” kataku sewot.
“Lho emang kenapa ?”
“Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah ! Memangnya kita orang Arab… , masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!” aku cemberut.
“Ini nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita !”
“Bodo !”
“Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh dong Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri,” kata Mas Gagah sabar. “Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek…, mama bingung. Jadinya ya, di pasang di kamar.”
“Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru…, eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!”
“Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan…”
“Pokoknya kedengaran!”
“Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus, lho !”
“Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!” aku ngloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.
Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Kemana kaset-kaset Scorpion, Wham!, Elton John, Queen, Bon Jovi, Dewa, Jamrood atau Giginya?
“Wah, ini nggak seperti itu, Gita ! Dengerin Scorpion atau si Eric Clapton itu belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lain lah ya dengan senandung nasyid Islami. Gita mau denger ? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok !” begitu kata Mas Gagah.
Oalaa !
–=oOo=–
Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma ‘adik kecil’nya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.
Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Sholat tepat waktu, berjama’ah di Masjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip di lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau baca buku Islam.
Dan kalau aku mampir di kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya,”Ayo dong Gita, lebih feminin. Kalau kamu pakai rok atau baju panjang, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba Dik manis, ngapain sih rambut ditrondolin gitu !”
Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga nggak pernah keberatan kalau aku meminjam kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu sering memanggilku Gito, bukan Gita ! Eh, sekarang pakai manggil Dik Manis segala!
Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga mama menegurnya.
“Penampilanmu kok sekarang lain, Gah?’
“Lain gimana, Ma ?”
“Ya, nggak semodis dulu. Nggak dandy lagi. Biasanya kamu yang paling sibuk dengan penampilan kamu yang kayak cover boy itu…”
Mas Gagah cuma senyum. “Suka begini, Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun.”
Ya, dalam penglihatanku Mas Gagah jadi lebih kuno dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. “Jadi mirip Pak Gino,” komentarku menyamakannya dengan sopir kami. “Untung saja masih lebih ganteng.”
Mas Gagah cuma terawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu.
Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga sangat kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama atau becanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah, kebingungan.
Dan…yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan!! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?
“Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau salaman sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di Sanggar Gita tahu?” tegurku suatu hari. “Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang !”
“Justru karena Mas menghargai dia makanya Mas begitu,” dalihnya, lagi-lagi dengan nada amat sabar. “Gita lihat khan orang Sunda salaman? Santun meski nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!”
Huh. Nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu…, sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?
Mas Gagah membawa sebuah buku dan menyorongkannya padaku. “Baca!”
Kubaca keras-keras. “Dari ‘Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah. Rasulullah saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhari Muslim!”
Si Mas tersenyum.
“Tapi Kyai Anwar mau salaman sama mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali…,” kataku.
“Bukankah Rasulullah uswatun hasanah? Teladan terbaik?” kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. “Coba untuk mengerti ya, Dik Manis !?”
Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel. Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik ! Aku jadi khawatir. Apa dia lagi nuntut ‘ilmu putih’? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa oleh orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun…, akhirnya aku nggak berani menduga demikian. Mas-ku itu orangnya cerdas sekali! Jenius malah! Umurnya baru dua puluh satu tahun tapi sudah tingkat empat di FTUI! Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya…, yaaa akhir-akhir ini ia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.
–=oOo=–
“Mau kemana, Git!?”
“Nonton sama teman-teman.” Kataku sambil mengenakan sepatu. “Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya!”
“Ikut Mas aja, yuk!”
“Kemana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah! Gita kayak orang bego di sana!”
Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu yang lalu Mas Gagah mengajakku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tabligh akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku dilihatin sama cewek-cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya, aku kesana memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang nggak bisa aku sembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.
“Assalaamu’alaikum!” terdengar suara beberapa lelaki.
Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman si Mas ini. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku…, persis kelakuannya Mas Gagah.
“Lewat aja nih, Mas? Gita nggak dikenalin?” tanyaku iseng.
Dulu nggak ada deh teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome!
Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. “Ssssttt !”
Seperti biasa, aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal ke-Islaman, diskusi, belajar baca Al-Quran atau bahasa Arab…, yaaa begitu deh!!
–=oOo=–
“Subhanallah, berarti kakak kamu ikhwan dong!” seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah sebulan ini berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.
“Ikhwan?” ulangku. “Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?” suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.
“Huss! Untuk laki-laki ikhwan, untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita,” ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. “Kamu tahu Hendra atau Isa, kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini.”
Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.
“Udah deh, Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji! Insya Allah kamu akan tahu meyeluruh tentang dien kita. Orang-orang seperti Hendra, Isa, atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya saja yang mungkin belum mengerti dan sering salah paham.”
Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku menjelma begitu dewasa.
“Eh, kapan main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat, Gita…, meski kita kini punya pandangan yang berbeda,” ujar Tika tiba-tiba.
“Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah…,” kataku jujur. “Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih…”
Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin. “Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk. Biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan pada Mbak Ana.”
“Mbak Ana ?”
“Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amrik malah pakai jilbab! Itulah hidayah!”
“Hidayah ?”
“Nginap, ya! Kita ngobrol sampai malam sama Mbak Ana!”
–=oOo=–
“Assalaamu’alaikum, Mas Ikhwan…, eh Mas Gagah !” tegurku ramah.
“Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!” kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.
“Dari rumah Tika, teman sekolah,” jawabku pendek. “Lagi ngapain, Mas?” tanyaku sambil mengintari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, ganbar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku ke-Islaman..
“Cuman lagi baca !”
“Buku apa ?”
“Tumben kamu pengin tahu?”
“Tunjukin dong, Mas…buku apa sih?” desakku.
“Eit…, Eiiit !” Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.
Kugelitik kakinya, dia tertawa dan menyerah. “Nih!” serunya memperlihatkan buku yang sedang dibacanya dengan wajah setengah memerah.
“Nah yaaaa!” aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku ‘Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam’ itu..
“Maaaas…”
“Apa Dik manis?”
“Gita akhwat bukan sih?”
“Memangnya kenapa ?”
“Gita akhwat apa bukan ? Ayo jawab…,” tanyaku manja.
Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara kepadaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami ummatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu jadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal lainnya. Dan untuk petamakalinya setelah sekian lama, aku merasa kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.
Mas Gagah dengan semangat terus berbicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikkan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya!!
“Mas kok nangis?”
“Mas sedih karena Allah, Rasul dan Al Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena ummat yang banyak meninggalkan Al-Quran dan Sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di Belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan, dan tidur beratap langit…”
Sesaat kami terdiam. Ah, Masku yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli…
“Kok…tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?” tanya Mas Gagah tiba-tiba.
“Gita capek marahan sama Mas Gagah !” Ujarku sekenanya.
“Emangnya Gita ngerti yang Mas katakan?”
“Tenang aja, Gita nyambung kok!” kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan hal demikian. Aku ngerti deh meski nggak mendalam.
Malam itu aku tidur ditemani tumpukan buku-buku Islam milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah!
–=oOo=–
Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi sepeti dulu. Meski aktivitas yang kami lakukan berbeda dengan yang dahulu.
Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum. Atau ke tempat-tempat tabligh Akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah, kadang-kadang bila sedikit kupaksa Mama Papa juga ikut.
“Masa sekali aja nggak bisa, Pa…, tiap minggu rutin ngunjungin relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?” tegurku.
Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, “Iya deh, iya!”
Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung juga. Soalnya pengantinnya nggak bersanding tapi terpisah! Tempat acaranya juga gitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu dibagikan risalah nikah juga. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran, harus Islami dan semacamnya. Ia juga wanti-wanti agar aku tak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek!
Aku nyengir kuda.
Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku. Soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.
“Nyoba pakai jilbab, Git !” pinta Mas Gagah suatu ketika.
“Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol! Lagian belum mau deh jreng!”
Mas Gagah tersenyum. “Gita lebih anggun kalau pakai jilbab dan lebih dicintai Allah. Kayak Mama”.
Memang sudah beberapa hari ini mama berjilbab. Gara-garanya dinasehatin terus sama si Mas, di beliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin sama teman-teman pengajian beliau.
“Gita mau, tapi nggak sekarang…,” kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku kini, prospek masa depan (ceila) dan semacamnya.
“Itu bukan halangan.” Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.
Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu kok cepat sekali terpengaruh sama Mas Gagah!
“Ini hidayah, Gita!” kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.
“Hidayah? Perasaan Gita duluan deh yang dapat hidayah baru Mama! Gita pakai rok aja udah hidayah!”
“Lho?” Mas Gagah bengong.
–=oOo=–
Dengan penuh kebanggaan, kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara Studi Tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya! Aku yang berada di antara ratusan peserta ini rasa-rasanya ingin berteriak, “Hei, itu kan Mas Gagah-ku !”
Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa! Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasul. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung lho, kok Mas Gagah bisa sih? Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yamh dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar!
Pada kesempatan itu juga Mas Gagah berbicara tentang muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi.
“Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana taqwa, sebagai identitas muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam sendiri,” kata Mas Gagah.
Mas Gagah terus bicara. Tiap katanya kucatat di hati ini.
–=oOo=–
Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdalah.
Aku mau ngasih kejutan buat Mas Gagah! Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapan tasyakuran ultah ketujuh belasku.
Kubayangkan ia akan terkejut gembira, memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberikan ceramah pada acara tasyakuran yang insya Allah mengundang teman-teman dan anak-anak panti yatim piatu dekat rumah kami.
“Mas Ikhwan!! Mas Gagaaaaah! Maaasss! Assalaamu’alaikum!” kuketuk pintu kamar Mas Gagah dengan riang.
“Mas Gagah belum pulang,” kata Mama.
“Yaaaaa, kemana sih, Ma??!” keluhku.
“Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus…”
“Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Masjid.”
“Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah inget ada janji sama Gita hari ini,” hibur mama menepis gelisahku.
Kugaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali dengan Mas Gagah.
“Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh !” Mama tertawa.
Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.
–=oOo=–
Sudah lepas Isya. Mas Gagah belum pulang juga.
“Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh…” hibur Mama lagi.
Tetapi detik demi detik, menit demi menit berlalu. Sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.
“Nginap barangkali, Ma?” duga Papa.
Mama menggeleng. “Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa!”
Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.
“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggg !!” Telpon berdering.
Papa mengangkat telepon. “Halo, ya betul. Apa? Gagah???”
“Ada apa , Pa?” tanya Mama cemas.
“Gagah…, kecelakaan…, Rumah Sakit… Islam…,” suara Papa lemah.
“Mas Gagaaaaaahhh!!!” Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.
Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.
–=oOo=–
Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Tangan, kaki, kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar, sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika, sedang kondisi Mas Gagah kritis.
Dokter melarang kami untuk masuk ke dalam ruangan.
“Tapi saya Gita, adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau lihat saya pakai jilbab iniii!” kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.
Mama dengan lebih tenang merangkulku, “Sabar, Sayang…, sabar.”
Di pojok ruangan papa tampak serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.
“Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?” tanyaku. “Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada syukuran Gita kan?” air mataku terus mengalir.
Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding putih rumah sakit. Dan dari kamar kaca kulihat tubuh yang biasa gagah enerjik itu bahkan tak bergerak!
“Mas Gagah, sembuh ya, Mas…, Mas…Gagah…, Gita udah jadi adik Mas yang manis. Mas… Gagah…,” bisikku.
Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit.. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah…, Gita, Mama dan Papa butuh Mas Gagah…, umat juga.”
Tak lama dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. “Ia sudah sadar dan memanggil nama ibu, bapak, dan Gi…”
“Gita..” suaraku serak menahan tangis.
“Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya seperti permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya…, lukanya terlalu parah,” perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!
“Mas…, ini Gita, Mas…,” sapaku berbisik.
Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.
Kudekatkan wajahku kepadanya. “Gita sudah pakai.. jilbab,” lirihku. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya.
Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.
“Dzikir…, Mas,’ suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat wajah Mas Gagah yang separuhnya tertutup perban. Wajah itu begitu tenang…
“Gi…ta…”
Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali!
“Gita di sini, Mas…”
Perlahan kelopak matamya terbuka. Aku tersenyum.
“Gita… udah pakai… jilbab…,” kutahan isakku.
Memandangku lembut, Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdalah.
“Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas…,” ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.
Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah…, sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali!
Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan Mas Gagah tampaknya menginginkan kami semua berkumpul.
Kian lama kurasakan tubuh Mas Gagah semakin pucat. Tapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia juga masih bisa mendengar apa yang kami katakan meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.
Kuusap setitik lagi airmata yang jatuh. “Sebut nama Allah banyak-banyak…, Mas,” kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup. Tapi sebagai insan beriman, seperti juga yang diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.
“Laa…ilaaha…illa…llah…, Muham…mad…Ra…sul…Al…lah…,” suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk kami dengar.
Mas Gagah telah kembali pada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya.
Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi.
Selamat jalan, Mas Gagah !
–=oOo=–
(Epilog)
Buat ukhti manis Gita Ayu Pratiwi,
Semoga memperoleh umur yang berkah,
Dan jadilah muslimah sejati
Agar Allah selalu besertamu.
Sun Sayang,
Mas Ikhwan, eh Mas Gagah !
Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku.
Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.
Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, Aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Ilahi yang selamanya tiada kudengar lagi. Hanya wajah para Mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema di ruang ini…
Setitik air mataku jatuh lagi.
“Mas, Gita akhwat bukan sih?”
“Ya, Insya Allah akhwat!”
“Yang bener?”
“Iya, dik manis!”
“Kalau ikhwan itu harus ada jenggotnya, ya?!”
“Kok nanya gitu?”
“Lha, Mas Gagah ada jenggotnya!”
“Ganteng kan?”
“Uuu! Eh, Mas, kita kudu jihad, ya? Jihad itu apa sih?”
“Ya always dong ! Jihad itu… “
Setetes, dua tetes, air mataku kian menganak sungai.
Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan.
Selamat jalan, Mas Ikhwan! Selamat jalan, Mas Gagah!.................


Read More Add your Comment 0 komentar


Windows 8 NEWS



Windows 8 akan menyegarkan PC Anda tanpa kehilangan data Anda
Windows 8 akan memberikan pilihan menyegarkan yang secara otomatis dapat mengembalikan PC Anda ke keadaan bersih tanpa menghapus semua data dan pengaturan disesuaikan.Karena muncul dalam versi beta 8 Windows yang akan debut bulan depan, pilihan menyegarkan membuat baik pada janji sebelumnya Microsoft bahwa mereka akan memberikan pengguna cara mudah untuk mengembalikan Windows bila terjadi masalah.Seperti dijelaskan dalam blog kemarin Gedung Windows 8 oleh Desmond Lee, seorang manajer program di tim Fundamental Microsoft, OS baru benar-benar akan menawarkan dua cara untuk membawa Windows kembali ke kondisi pabrik:• Pilihan refresh akan menyimpan semua data pribadi, pengaturan penting, dan aplikasi Metro gaya, dan kemudian menginstal ulang Windows.• Pilihan ulang aman akan menghapus semua data, pengaturan, dan aplikasi, dan kemudian menginstal ulang Windows.Refreshing Windows biasanya akan menjadi pilihan pertama untuk mencoba jika OS tidak berperilaku dengan benar. Dan itu salah satu janji bahwa Microsoft akan benar-benar otomatis, yang berarti tidak perlu untuk membuat cadangan file Anda atau pengaturan sebelumnya.Untuk mencapai hal ini, PC Anda boot up ke Windows RE (Pemulihan Lingkungan), menyimpan data Anda dan pengaturan, menginstal salinan baru Windows 8, mengembalikan data Anda dan konten lainnya, dan kemudian restart ke dalam OS baru yang segar. Sebagian besar pengaturan kunci yang diawetkan dengan pengecualian asosiasi jenis file, pengaturan tampilan, dan pengaturan Windows Firewall.Tentu saja, ada satu lain Gotcha. Pilihan refresh akan melestarikan aplikasi Metro Anda, tapi tidak aplikasi standar desktop. Menurut Lee, Microsoft nixed ide mengembalikan aplikasi desktop karena beberapa alasan.Sebuah aplikasi desktop tunggal bisa menjadi penyebab dari masalah awal. Aplikasi desktop tertentu tidak meninggalkan jejak bagaimana mereka terinstal, sehingga sulit untuk memulihkan mereka. Dan tidak seperti aplikasi Metro, Windows tidak memiliki pengetahuan langsung dari teknologi installer yang berbeda sering digunakan oleh aplikasi pihak ketiga.Sebagai solusi, Microsoft akan menawarkan cara manual untuk membuat gambar lingkungan yang ada Windows Anda, aplikasi desktop disertakan. Tapi ini adalah sesuatu yang harus dijalankan secara teratur untuk memastikan bahwa semua aplikasi desktop yang baru diinstal adalah bagian dari gambar.
Luaskan pos ini »


Read More Add your Comment 0 komentar


Lima “Obat” Penawar Galau





 


GALAU adalah kata yang sangat  popular akhir-akhir ini terutama dikalangan muda generasi bangsa. Semua telah terjangkiti sebuah kata yang menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Herannya banyak orang yang bangga mengatakan dirinya sedang galau. Entah itu pejabat, pegawai, buruh, pengangguran, kaya, miskin, tua, muda, pelajar ataupun santri telah latah mengkampanyekan ‘galau’ di negeri kita ini.

Keresahan akan senantiasa menghantui hidup manusia apabila pikirannya dibiarkan terombang-ambing oleh permasalahan hidup. Apalagi keyakinannya pada keberadaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai penolong masih terjebak dalam ritual adat-istiadat semata, sehingga berhala menjadi tempat pengaduannya. Fenomena tersebut begitu jelas di depan mata kita dan terjadi pada sebagian besar umat Islam. Kesibukkan dan rutinitas menjebak mereka yang merasa ‘galau’ untuk mengambil langkah pragmatis dalam penyelesaian problema hidup.

Pada dasarnya, manusia adalah sosok makhluk yang lemah dan bergelimang dosa. Wajar jika disebut sebagai makhluk yang paling sering dilanda kecemasan, apalagi ketika dihadapkan pada permasalahan hidup. Inilah fitrah bagi setiap insan yang memiliki akal pikiran dan tidak perlu dirisaukan karena Allah Subhanahu Wata’ala telah menyiapkan penawarnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 28 yang artinya :

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”
Orang yang senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakannya, tentu akan memiliki dorongan positif pada diri dan jiwanya. Karena dengan mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi segala persoalan, dijamin pikirannya akan cerah dan bijak serta jiwanya diselimuti ketenangan akan datangnya bantuan Allah Subhanahu Wata’ala. Dan sudah merupakan janji Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketentraman-ketentraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.

Logikanya, jika pejabat ingat pada Allah Subhanahu Wata’ala maka dia akan merasa diawasi oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam menjalankan amanahnya. Dan dengan demikian, peluang berbuat curang apalagi sampai menilap hak rakyat dapat terminimalisir. Begitu juga remaja dan pemuda yang senantiasa menjalin kedekatan dengan Allah Subhanahu Wata’ala, maka kehidupannya memiliki arah pasti yang jauh dari pengaruh bisikan hedonis. Ditambah lagi rakyat secara keseluruhan menghidupkan nilai-nilai ke-Tuhan-an dalam aktivitasnya setiap saat, maka aroma religious akan mampu memberikan kedamaian pada jiwa-jiwa manusia.

Terkhusus umat Islam, jika benar-benar menjalankan dan mengindahkan semua syari’at yang telah dibawa Rasulullah, sudah barang tentu kejayaan umat peradaban akan kembali mewarnai dunia ini. Sejarah peradaban Islam telah membuktikan bahwa tidak ada istilah ‘galau’ pada umat manusia ketika aturan-aturan Allah Subhanahu Wata’ala ditegakkan di atas bumi ini. Artinya, Islam adalah ajaran yang menentang ‘galau’ karena syari’at Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Ayat-ayat penawar galau
Ayat pertama, berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Kita sangat dituntut untuk memiliki semangat bekerja keras, namun apapun hasilnya harus diserahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana telah berfirman Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya: 

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).

Dengan berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita akan melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin karena ada jaminan Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah  akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah   melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah  telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 3).

Ayat kedua, bersabar karena Allah Subhanahu Wata’ala. Bersabar disini bukan berarti menunggu dan pasrah begitu saja, sabar dalam artian menerima takdir Allah Subhanahu Wata’ala sebagai yang terbaik dan senantiasa mempersiapkan diri untuk melakukan yang terbaik pula. Allah Subhanahu Wata’ala menegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat ke 200 yang artinya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
 “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.”

Dan sesungguhnya dengan bersabar Allah Subhanahu Wata’ala sedang menyertai kita. Bukankah suatu kemuliaan bagi manusia jika sang Maha Pencipta sudi menyertai hidupnya? Inilah janji Allah Subhanahu Wata’ala Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam firman-Nya;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:153).

Ayat ketiga, berteguh hati dan fikiran. Flash-back terkait makna ‘galau’ jika dipahami keresahan hati, maka kita sebagai umat Islam harus memiliki keteguhan hati dan fikiran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah mengatur semesta alam ini. Jadi, tidak ada lagi kebimbangan mau jadi apa dan kemana masa depan kita, yang penting lakukanlah apa yang terbaik yang dapat dilakukan. Berikut Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah Subhanahu Wata’ala) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)

Ayat keempat, sedih dilarang Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagai umat Islam, kita harus merasa beruntung dalam berbagai hal kehidupan. Karena Islam telah merangkum aturan hidup manusia hingga akhir zaman, dan tidak sepatutnya seorang hamba Allah Subhanahu Wata’ala bersedih kecuali sedih karena dosanya. Allah Subhanahu Wata’ala memotivasi kita dalam firman-Nya;
لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama kami.” (QS. At Taubah: 40)

Ayat kelima, menghadap Allah Subhanahu Wata’ala.
Adukanlah semua permasalahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena pasti Allah Subhanahu Wata’ala mempunyai semua solusinya. Sangat wajar jika kita menemui masalah dalam menjalani kehidupan ini, namun jangan pernah mundur atau takluk pada permaslahan itu. Allah Subhanahu Wata’ala sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
يَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah 5)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dari Allah Subhanahu Wata’ala yang mendorong umat Islam untuk tidak menjadi bagian dari orang yang mengkampanyekan ‘galau’, karena dengan berkoar-koar dirinya dalam ke-galau-an maka dia telah menurunkan derajatnya menjadi manusia yang tidak bersyukur dan enggan berfikir.

Kesimpulannya, umat Islam dilarang mengatakan ‘galau’ jika itu berimbas pada perilakunya yang kemudian menduakan Allah Subhanahu Wata’ala. Al-Quran dan As-Sunnah telah disempurnakan dalam merangkum aturan hidup manusia, sehingga tiada lagi problematika hidup jika kita bersandar pada sang pencipta kehidupan. Dan Islam pernah membuktikan dalam berabad-abad lamanya, yakni mampu memakmurkan kehidupan makhluk di jagat raya ini.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِي
“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS . Al-Anbiya’ : 107).*/Zainal Arifin
Baca juga: Ayat-Ayat Anti Galau

sumber: http://www.hidayatullah.com


Read More Add your Comment 0 komentar


Microsoft Rombak Search Engine Bing, Lebih Mirip Google Search



Sempat dirumorkan akan dijual, kini Bing hadir dengan tampilan baru. Microsoft telah merubah mesin pencari populer miliknya ini menjadi lebih sederhana dan lebih mirip mesin pencari Google.
Josh Constine, selaku pengamat IT menyatakan bahwa langkah yang diambil oleh Microsoft untuk merubah tampilan Bing adalah untuk mengambil keuntungan dari ketidakpuasan pengguna Google terhadap result atau hasil pencarian yang kurang memuaskan di mesin pencari terbesar di dunia tersebut.

Tapi, walaupun hasil pencarian di Google semakin tidak karuan, mesin pencari itu masih menjadi nomor satu di dunia. Constine mengatakan bahwa Microsoft terlalu reaktif terhadap kritikan dan terlalu berlebihan. Dia menambahkan bahwa apapun yang diupayakan oleh Microsoft terhadap Bing, tidak akan merubah status mesin pencarinya. Bahkan Constine menyarankan agar Bing dihilangkan atau di jual ke Facebook.
sumber: beritateknologi.com


Read More Add your Comment 0 komentar


Wahai Pemimpin, Cintai Rakyatnya Bukan Jabatannya!







BELAKANGAN ini wajah bangsa Indonesia kembali diwarnai aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM. Dalam aksi demo  yang berlangsung di berbagai kota di tanah air itu sebagian berjalan ricuh. Demonstran dan pihak keamanan terlibat saling lempar batu yang akhirnya dibalas dengan tembakan dan kejar-kejaran di antara keduanya.

Pemandangan seperti itu sebenarnya sudah biasa di Indonesia. Akan tetapi kali ini terlihat sangat istimewa karena boleh dikatakan cukup kompak dan dalam rangka satu tujuan utama, yaitu menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Sebuah aksi yang secara langsung melibatkan emosi dua unsur penting negara, yaitu rakyat dengan pejabat.

Pemerintah dengan kekuatan bersenjata nampaknya tetap tak berubah pikiran. Hal ini bisa dilihat dari kesigapan pemerintah dengan menurunkan kekuatan penuh aparat keamanan untuk mengontrol para demonstran.

Dalam logika pejabat, dalam hal ini pemerintah, menaikkan harga BBM  dipandang sebagai keputusan yang harus dilaksanakan walaupun seluruh rakyat Indonesia harus menjerit keras karena ancaman kemiskinan yang menganga di depan mata. Pemerintah seolah tak punya telinga dengan keluh kesah rakyatnya sendiri.

Sikap pemimpin (pemerintah) yang seperti ini akan menimbulkan aksi yang lebih keras lagi dari rakyat. Sebab rakyat dalam hal ini tidak diperhtiungkan dan tidak diperhatikan dengan baik. Bahkan rakyat akan merasa selalu dikorbankan untuk kepentingan-
kepentingan kekuasaan.

Siapapun yang menjadi pemimpin, jika sikap dan perilaku terhadap rakyatnya justru tidak bersahabat pasti akan menuai banyak protes bahkan kebencian. Dan, tidak satu pun pemimpin di dunia ini yang mengabaikan rakyatnya sendiri, kecuali telah kehilangan hati nurani. Padahal makna pemimpin itu sendiri sejatinya adalah pelayan bukan juragan.
Tetapi bagaimanapun harus diakui, inilah produk demokrasi. Sebuah produk pandangan hidup yang melahirkan sistem tata negara yang menegasikan ilmu dan otoritas, termasuk otoritas nabi dan tentu otoritas Tuhan atau wahyu.

Dari sinilah kita akan temui jawaban mengapa demokrasi dan para pemimpin yang dihasilkan oleh sistem ini sebagian besar buta dan tuli terhadap aspirasi dan nasib rakyatnya. Dan nampak begitu beringas manakala jabatannya terasa digoyang, serta melakukan segala cara untuk mendapatkan jabatan dan mempertahankannya selama-lamanya.

Jabatan yang benar-benar peduli yang lemah

Pandangan yang keliru terhadap jabatan, menjadikan sebagian orang saat ini sering asal pilih pemimpin. Asal bisa dikendalikan untuk memenuhi hasrat politiknya, seseorang ditunjuk sebagai ini, sebagai itu. Sebaliknya siapa yang dirasa tidak potensial secara mterial akan segera ditinggalkan.

Dalam Islam tidaklah seperti itu. Seorang pemimpin harus benar-benar selektif dalam memilih teman dekat, terkhusus kepada orang-orang yang akan diajak bekerjasama dalam mensukseskan kepemimpinannya, terutama dalam upaya mensejahterakan rakyat.

Akan fatal akibatnya jika seorang pemimpin menyerahkan jabatan kepada orang yang belum jelas kualitas imannya. Apalagi menyerahkan jabatan hanya karena hubungan kekeluargaan, kekerabatan, ataupun hal-hal yang tidak didasarkan pada ilmu dan keimanan.

Tirulah cara sahabat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wassallam dalam memilih rekan dekat untuk mengisi jabatan umat.
Sebelum memilih siapa yang layak mengisi jabatan strategis di masa kepemimpinannya, Khalifah Umar bin Khattab melakukan penelitian (Fit and Propertes) terhadap kualitas sahabat yang akan dipilihnya. Tentu tidak seperti yang dilakukan oleh kebanyakan pemimpin kontemporer yang hanya menggunakan teknik wawancara, uji kognitif dan penandatanganan surat komitmen.

Muhammad Syadid dalam bukunya, “Minhaju al-Qur’an fi al-Tarbiyah” mengisahkan cara Umar bin Khattab dalam menilai kualitas keimanan orang yang akan dipilih mendampinginya dalam memimpin umat.

Kala itu Umar bin Khattab mengujinya dengan memberikan sekantong uang dinar. Dari Sa’id bin Yarbu’ bin Malik, ia bercerita. Ketika Umar bin Khattab memegang uang sebanyak 400 dinar dalam sebuah kantong, beliau berkata kepada pelayannya; “Bawalah ini kepada Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, lalu tungguhlah beberapa saat, lihatlah apa yang diperbuatnya dengan uang ini!”

Pelayan pun berangkat. Sesampainya dikediaman Abu ‘Ubaidah, pelayan Umar berkata; “Amirul Mukminin memberi uang ini untuk kebutuhan engkau!” Abu ‘Ubaidah menjawab; “Semoga Allah merahmati beliau”.
Abu ‘Ubaidah langsung memanggil pelayan wanitanya; “Bawalah tujuh keping kepada si fulan, lima keping kepada si fulan, dan……”, hingga uang sejumlah 400 dinar itu tak bersisa. Pelayan Umar pun kembali dan melaporkan peristiwa itu kepadanya.
Kemudian dengan sejumlah uang yang sama, Umar kembali memerintahkan pelayannya untuk membawakannya kepada Muadz bin Jabal. “Berikan uang ini kepada Muadz dan tunggulah seperti yang kau lakukan kepada Abu ‘Ubaidah!”
“Semoga Allah merahmati Umar,” ucap Muadz setelah menerima sekantung uang dinar. Lantas Muadz langsung memanggil pelayannya untuk membagi-bagikan 400 dinar itu.
Muadz berkata kepada pelayannya, “Pergilah ke rumah si fulan dan berikan kepadanya sekian, kemudian ke rumah si fulan sekian, lalu ke fulan sekian……” hingga tiba-tiba datanglah istri Muadz seraya berkata, “Wallahi, kita juga orang miskin, berilah!” Maka
Mu’adz memberikan sisa uang tersebut, dan ternyata tersisa dua dinar. Mendengar laporan pelayannya terkait perihal kedua sahabatnya itu gembiralah Umar bin Khattab karenanya. Umar pun berucap, “Mereka berdua benar-benar ikhwah (teman sejati dunia – akhirat)”.
Umar sangat selektif, cermat dan super hati-hati dalam memilih orang untuk menemaninya dalam memimpin. Ia tidak mau terjebak oleh penampilan lahiriah saja.
Sebab tidak menutup kemungkinan penampilan lahiriah tidak mewakili penampilan batiniah yang sesungguhnya.
Ahmad bin Qais bercerita bahwa Umar pernah menahannya dalam jangka waktu satu tahun. Suatu saat Umar berkata, “Tahukah engkau mengapa aku menahanmu? Saya ingin mengujimu karena saya tahu secara lahiriah engkau baik. Saya ingin mengetahui, apakah batinmu pun baik, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam telah mengingatkan kita akan perihal orang munafiq yang pandai bersilat lidah. Dan ternyata engkau tidak seperti itu, engkau benar-benar teman yang baik.”
Jabatan Itu Amanah
Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan risalah Islam ini untuk meluruskan pandangan manusia terhadap segala hal. Islam memberikan petunjuk akan hakikat segala sesuatu, termasuk soal jabatan. Dalam Islam jabatan bukanlah kedudukan yang menjanjikan kebahagiaan. Apabila jabatan dipegang oleh orang yang buruk keimanannya, jelek kredibilitasnya, maka kehancuran dunia akhirat telah mengintainya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam beserta sahabatnya telah memberikan contoh praktik bagaimana semestinya umat Islam menyikapi jabatan. Sekalipun sebagai khalifah rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam tidak pernah menikmati makanan-makanan lezat, fasilitas mewah, apalagi jaminan berupa anggaran rumah tangga. Beliau sering berpuasa karena tidak ada yang bisa dimasak.

Begitu pula Abu Bakar ra. Meskipun telah diamanahi menjadi pelanjut kepemimpinan rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam, Abu Bakar tetap mencari nafkah sendiri dengan berjualan di pasar. Demikian pula halnya dengan Umar bin Khattab yang tak pernah dekat kecuali dengan anak yatim, fakir miskin, dan orang-orang tertindas lagi kesusahan.

Tetapi semua itu kini tidak berlaku di negeri ini. Saat ini jabatan dikejar-kejar sampai menghalalkan segala cara. Jabatan menjadi ajang perebutan, sehingga terjadi perpecahan dan bentrokan yang tidak semestinya terjadi. Lihat saja kasus pemilukada di tanah air yang sering berujung dengan kericuhan dan kerusuhan.

Sebagai seorang Muslim kita harus kembali memandang sesuatu dengan tuntunan wahyu. jangan memandang sesuatu baik kecuali Allah dan rasul memang menilai itu baik. Demikian pula sebaliknya, jangan memandang sesuatu buruk kecuali Allah dan rasul menilainya buruk.

Oleh karena itu merupakan satu langkah yang tidak indah, tidak baik, dan tentu tidak benar, jika kita sesama Muslim harus adu otot, adu jotos untuk memperebutkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diperebutkan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam melarang keras hal ini. Sebagaimana sabdanya; “Sepeninggalku nanti janganlah kalian kembali menjadi orang-orang kafir, sehingga sebagian menghajar tengkuk sebagian yang lain.” (HR. Bukhari).

Seperti sekarang sering terjadi, terkadang tanpa sadar kita sesama Muslim saling sikut, saling jilat dan saling injak hanya untuk urusan jabatan agar bisa mendapatkan kekayaan.
Sebagian kelompok elit sengaja menggunakan masyarakat kecil untuk melakukan kerusakan demi kepentingan politisnya. Bahkan ketika rakyat menolak suatu kebijakan dan menuntut perbaikan, sebagian pejabat malah menghadapinya dengan kasar hanya karena untuk mempertahankan jabatannya. Akhrinya terjadilah pertumpahan darah di antara sesama Muslim.

Padahal rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam melarang kita yang demikian itu. Tetapi apa mau dikata, ketika wahyu sudah tinggal bacaan. Kita tidak bisa hentikan, perilaku umat atau rakyat kian jauh dari tuntunan kebenaran sebab para pemimpinnya tidak lagi mengamalkan aturan Allah SWT.

Dengan demikian, masihkah kita ingin mendapat kekayaan dengan cara merengkuh jabatan? Memimpin dengan nafsu bukan ilmu? Padahal semua itu adalah amanah yang kelak pasti akan dipertanggungjawabkan.

Rasulullah mengatakan,  "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian." (HR. Imam Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan, "Ada tiga orang yang tidak ditolak do'a mereka: orang yang berpuasa sampai dia berbuka; seorang penguasa yang adil; dan do'a orang yang dizalimi (teraniaya). Do'a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, "Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera." (HR. Tirmidzi)

Masalahnya, apakah selama menjadi pemimpin, kita semua ini adalah orang yang adil dan amanah?

Ketahuilah saatnya nanti ajal akan tiba melenyapkan segalanya. Saat di mana dosa akan diperhitungkan dan amal sholeh dilipatgandakan. Hanya pemimpin yang adil saja yang akan mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Itulah pemimpin sejati, pemimpin yang rela menderita di dunia demi rakyat dan dalam rangka menegakkan kebenaran Islam.*/Imam Nawawi


Read More Add your Comment 0 komentar


 

About Me

Pengikut

© 2010 RAZHIB All Rights Reserved Thesis WordPress Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors.info